Kamis, 13 Desember 2012

Sebuah Catatan Untuk'mu'...


Perasaan ini.. Senang apabila bersama, sakit apabila berpisah...

Dramatis.. Ternyata aku adalah orang yang seperti ini.. Masih seperti dulu... Aa-koi.. Andai saja dirimu masih 'disini' bersamaku, rasanya tidak akan sesakit ini. Mungkin memang benar tak jarang aku pun merasakan sakit saat bersamamu, tapi aku tak membenci hal itu. Asal kau tetap bersamaku. Ya, itu adalah apa yang aku pikirkan dulu mengenai hubungan kita. Dan ternyata, yang memikirkan hal itu hanyalah aku, secara sepihak, mengikatmu. Padahal nyatanya mungkin kau tak inginkan itu. Terbukti dengan pada akhirnya kau memutuskan 'ikatan' itu secara perlahan. Menghancurkan perasaanku yang memang sudah tak utuh lagi sejak 'kejadian' itu. Aku berusaha menyatukan kembali hati itu menjadi utuh seperti semula, disaat aku belum mengetahui kenyataan yang sebenarnya ada. Tetapi lagi-lagi, pada akhirnya aku sadar, semua tidak akan bisa kembali menjadi seperti sedia kala. Nasi sudah menjadi bubur. Dan aku telah mencoba memberi tambahan pemanis pada bubur itu tetapi ternyata itu masih tidak cukup. Bubur itu masih terasa hambar.

Aku telah mencoba semua pemanis bahkan tambahan rasa pedas pada bubur itu, tapi apakah aa-koi tahu hal ini? Semuanya ternyata tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Ada saatnya dimana aku kembali menginginkan nasi itu. Bagaimanapun juga itu adalah yg terbaik. Ada saatnya dimana aku kembali mengingat masa-masa itu yang aku yakini pasti tidak akan pernah kembali lagi. Aku mencoba untuk tegar disini, aa-koi..tanpamu. Tetapi disatu sisi tak bisa kupungkiri, aku merindukan sosokmu disampingku. Menghabiskan waktu bersama, menceritakan semua hal apapun itu. Ya, walau mungkin hanya aku yang lebih banyak bercerita, tetapi aku menyukai itu. Bercerita kepadamu adalah salah satu kesenangan untukku. Aku sebut itu dengan 'berbagi'. Aku senang berbagi semua keluh kesahku bersamamu. Dan itulah yang aku rindukan sekarang ini. Aku merindukanmu.

Hal yang sangat kusayangkan. Sekarang semuanya telah berubah. Aku tahu itu, sangat mengetahuinya. Kau sudah mempunyai orang lain yang harus kau bahagiakan. Aku tidak boleh mengganggunya. Karena pada kenyataannya ternyata kehadiranku tak diinginkan oleh 'dia'. Sejak awal aku sudah merasakannya. Dan aku langsung menceritakan hal itu kepadamu, benar kan, aa-koi? Ah, mungkin kau sudah melupakannya. Tapi itu tidak begitu penting sekarang. Aku masih inginkan ikatan itu ada diantara kita. Terserah itu dalam bentuk apa. Orang yang kau benci sekalipun tak apa. Itu masih berupa ikatan bagiku.

Aku, kita, saat ini, sepertinya sudah kehilangan semua itu. 'Ikatan' itu perlahan-lahan terasa semakin memudar. Dengan tak adanya kontak dalam bentuk apapun. Mungkin ada yang disebut dengan kontak batin. Tapi apa itu? Benarkah hal seperti itu ada diantara kita? Bolehkah aku menertawakannya? Karena sepertinya hal seperti itu hanyalah sesuatu yang tak nyata, mungkin, karena tak ada bukti nyata akan hal itu. Jujur. Aku menginginkannya. Karena 'ikatan nyata' diantara kita tak lagi ada. Semuanya lenyap secara perlahan.

Oia, masihkah aa-koi mengingat kata-kata yang mungkin sudah bosan untuk didengar, atau dalam konteks ini..dibaca. Aku ingin suatu saat nanti kita bertemu. Tak sampai 1 tahun lagi, insyaallah. Tunggu aku. Satu hal yang walau tak kuucapkan dengan lisan, tetapi di dalam sini, di hati ini, aku selalu mendo'akanmu. Walau aku tidak bisa lagi dengan mudahnya mengetahui keadaan aa, aku sekarang hanya bisa berdo'a, berharap akan kesehatan aa selalu. Mendo'akan kebahagiaan aa disana. Di tempat yang sejauh ini tak bisa kujangkau dengan kekuatanku, dengan keterbatasanku.

Semoga aku bisa menjalani semua ini dengan lebih tegar. Semoga disana, aa juga mendo'akanku. Ah, apa ini harapan yang terlalu besar? Semoga saja tidak.

Hn.
Orang yang selalu menyayangimu.
Ichi.rth
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...