Kamis, 08 Juli 2010

Misteri Yang Sudah Lama Terpendam (Bag.6)

Sarah Tidak Datang?

“Pagi semua!” sapaku saat memasuki kelas. Tapi, pagi ini kenapa tidak ada perkumpulan cewek-cewek yang ngerumpi lagi ya? Apa mereka semua sudah tobat? Ah, tak mungkin seperti itu ‘kan? Lalu kenapa?

Lalu setelah meletakkan tas di kursiku, aku berjalan ke tempat dimana Yuri dan teman-teman cowok lainnya sedang berkumpul. Sesampai disana, aku menarik lengan Yuri dan berbisik, “Eh, hari ini ada sesuatu yang beda ya?”

“Maksudmu para cewek-cewek itu ya?” tanya Yuri.

“Ya, ada apa dengan mereka? Apa ada yang telah aku lewatkan?”

“Tidak. Sepertinya karena Sarah tidak datang,”

“Eh, tidak datang?” ucapku seraya melihat sekeliling kelas. Benar, Sarah tidak ada. Padahal biasanya dia datang selalu lebih awal dariku. Apa dia telat bangun ya? Mana mungkin seperti itu? Lantas kenapa donk?

“Mungkin dia ada urusan penting kali,” ucap Yuri yang melihatku celingak-celinguk mencari sosok Sarah.

“Yah, padahal banyak yang ingin aku tanyakan padanya. Soal yang kemaren dan soal buku terbarunya Stanvord Alldian,”

“Ye....,dasar!”

........

Akhirnya sampai pulang sekolah, Sarah pun tidak muncul-muncul. Ada apa ya, sebenarnya? Entah kenapa firasatku buruk. Saat tadi guru mengabsen, tidak ada keterangan apapun dari orang tua Sarah, sehingga dia dianggap alfa.

“Eh Yuri, kita pergi ke rumah Sarah yuk? Aku mau mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Sarah,”

“Ya, aku juga penasaran. Apa mungkin ada kaitannya dengan kejadian di rumah kuno kemaren ya?”

“Itu dia! Karena itu kita cari tahu kebenarannya,”

“Tapi, bukankah lebih baik kita pulang ke rumah dulu? Baru abis itu kita pergi ke rumahnya Sarah,” saran Yuri.

“Iya juga sich. Ntar mama khawatir lagi,”

Kami pun pulang ke rumah dulu. Lalu baru berangkat menuju rumah Sarah. Sebenarnya jarak dari rumahku ke rumah Sarah cukup jauh. Kira-kira 3 km.

“Yuk, cabut!” ucap Yuri yang sudah berdiri di depan rumahku.

“Hei, apa kita mau jalan kaki ke rumah Sarah?” ucapku pada Yuri.

“Lalu...., kita pergi pakai apa coba?”

“Pakai sepeda kamu aja gimana?”

“Tapi ntar aku keberatan lagi membonceng kamu,”ejek Yuri.

“Gila! Emang aku seberat apa sech?”

“Iya, iya. Orang bercanda doang kok,”

Akhirnya kami pergi pakai sepada Yuri. Kira-kira 20 menit kami sampai. Tapi orang rumah Sarah tidak ada. Sudah kami panggil dan ketuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Ada apa sech? Jangan-jangan Sarah sekeluarga pergi lagi. Tapi, kenapa tidak dikabarkan pada pihak sekolah?

“Tidak ada orang,” ucap Yuri.

“Iya,”

“Lalu apa rencana kita selanjutnya?”

“Hmm....,”

Suasana sore itu cukup tidak bersahabat. Awan gelap menutupi langit. Dan hawa dingin pun mulai menyebar.

“Kita pulang aja. Sepertinya hujan akan turun,” saranku.

“Benar. Kita pulang saja,”

Yah..., akhirnya perjalanan kami 20 menit menuju rumah Sarah jadi sia-sia. Sampai di rumah .....

“Yah, jadi nggak ada kerjaan nich,”keluhku.

“Kalo gitu, kita maen game di rumahku aja. Gimana?”saran Yuri.

“Hei, Maya! Ada telvon dari ibunya Sarah!” ucap mama dari dalam rumah sebelum aku sempat menyetujui ajakan Yuri.

“Hah? Ibunya Sarah?” ucap aku dan Yuri bersamaan dan langsung berlari ke dalam rumahku.

Lalu hati-hati aku mengangkat gagang telvon sambil menebak-nebak apa yang akan dikatakan ibunya Sarah. Apakah berita baik atau buruk?

“Iya, ini saya Maya tante, ada apa ya?” ucapku sopan.

“Begini Maya, apa kamu tahu sesuatu tentang dimana Maya sekarang? Apa dia ada di rumahmu?” ucap ibu Sarah dengan nada lirih.

“Eh, jadi Sarah tidak pergi dengan tante ya? Saya kira karena dia tidak datang sekolah, dia pergi dengan tante ke suatu tempat. Tadi saya dan Yuri juga sudah pergi ke rumah tante untuk menanyakan kenapa Sarah tidak datang, dan ternyata tidak ada siapa-siapa di rumah. Jadi, sekarang Sarah ada dimana donk?” jelasku panjang lebar.

“Tante juga tidak tahu, tadi tante dan om masih ada di kantor. Tapi tante menemukan sesuatu di kamar Sarah,”

“Apa itu tante?”

“Sobekan memo kecil yang berisi ‘Aku tidak ada, panggil Maya di RUMAH itu’ tapi hanya kata rumah yang ditulis dengan huruf kapital semua. Tante tidak tahu maksudnya. Apakah kamu tahu sesuatu?”

“Akh, iya. Makasih tante. Aku pasti akan menemukan Sarah,”

“Eh...” Tit.

“Ada apa Maya? Dimana Sarah?” tanya Yuri.

“Di rumah kuno itu,” jawabku sambil berlari keluar rumah dan diikuti Yuri yang masih tampak bingung dengan kelakuanku.

“Maya! Mau kemana?” tanya mama.

“Pergi sebentar ma, tapi mungkin juga lama,” ucapku agak berteriak.

Aku terus berlari dan dikejar oleh Yuri yang berusaha bertanya padaku apa yang sebenarnya terjadi.

“Maya, ada apa sebenarnya?” tanya Yuri.

“Sarah, dia ada di rumah kuno itu. Ibunya menemukan sobekan memo di kamar Sarah yang berisi ‘Aku tidak ada, panggil Maya di RUMAH itu’ dan hanya kata rumah yang ditulis dengan huruf kapital semua. Kamu tahu maksudnya ‘kan?” jelasku sambil terus berlari.

“Sarah sebelumnya memang sudah bermaksud menyelidiki soal rumah itu,” terka Yuri.

“Iya, dan dia juga belum yakin apakah dia akan dipercayai atau dicurigai. Makanya untuk jaga-jaga dia membuat memo itu. Tapi dilihat dari kejadian ini, sepertinya Sarah ditahan salah seorang dari mereka yaitu antara Mr.David atau Mrs.Yulia,” tambahku.

“Lalu apa rencana kita sekarang? Apa mau terang-terangan menanyai mereka atau mau sembunyi-sembunyi mencari Sarah?”

“Tapi kalau menuduh mereka tanpa bukti, kita yang akan susah. Jadi sepertinya kita harus sembunyi-sembunyi mecari Sarah dan setelah itu kita tanyakan padanya apa yang sebenarnya terjadi,” saranku.

“Iya. Ide yang bagus,”

Kami pun pergi menuju rumah kuno itu. Karena jika dibiarkan terus, Sarah bisa dalam bahaya. Akhirnya hujan pun turun dengan derasnya. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat kami untuk pergi menolong Sarah dan mengungkapkan mistery itu.

Setelah letih berlari, sampailah kami di depan rumah itu. Dengan hati-hati kami melangkah lagi ke dalam semak-semak yang tinggi itu untuk memasuki rumah yang semakin mengerikan jika dilihat saat cuaca sedang hujan. Tapi kali ini kami lebih sedikit hati-hati lagi. Soalnya tetesan air dari baju kami yang basah bisa menyebabkan diantara dua orang itu curiga ( Mr.David dan Mrs.Yulia ). Walaupun biasanya mereka memang selalu curigaan.

Langkah demi langkah, kami memasuki rumah itu lebih jauh lagi. Sampai sejauh ini, perasaanku tidak enak. Entah kenapa rasanya ada yang janggal di rumah ini. Maksudnya, ada yang beda dari hari-hari sebelumnya kami datang ke tempat ini.

Lalu untuk memastikan hal itu, aku berbisik pada Yuri, ”Hei, apa kau merasakan ada yang aneh di rumah ini?”

“Ya, lumayan...,”jawabnya.

“Maksudnya?”

“Ya...,antara iya dan tidak. Tapi memang sech, sepertinya sejak kita masuk ke rumah ini tidak ada yang menegur atau sekurangnya perasaan ada yang mengawasi gitu,” jelasnya.

“Iya, maksudku memang perasaan yang seperti itu,”

Walaupun begitu, kami tetap melanjutkan melangkah dengan hati-hati untuk sesegera mungkin menemukan Sarah. Tapi tak lama kemudian, aku mendengar suara ribut dari sebuah ruangan di dekat kami menemukan tengkorak jauh hari. Kamipun segera menuju kesana. Apakah mungkin disana tempat Sarah disekap?

Dengan tetap hati-hati, kami mencoba membuka pintu ruangan itu. Tapi, ternyata pintu itu dikunci. Lalu seseorang dari dalam ruangan itu berteriak, ”Siapa itu?”

Akh, itu suara Sarah. Ternyata benar disana Sarah disekap.

“Sarah, tenang. Ini kami,” ucapku pelan supaya tidak didengar oleh kedua orang itu.

“Apa? Jadi kamu datang juga ya, Maya? Kamu bersama siapa? Yuri?” tanya Sarah dengan suara pelan juga.

“Iya, ini aku. Apakah pintu ini memang dikunci oleh orang yang menyekapmu?” ucap Yuri.

“Sepertinya iya. Sekarang aku sendirian di ruangan yang gelap dan berantakan juga berdebu ini,” jawabnya.

“Lalu siapa yang menyekapmu?” sekarang aku yang bertanya.

“Entahlah. Tiba-tiba saja aku dipukul seseorang dari belakang dengan benda yang keras. Lalu setelah aku bangun, aku sudah menemukanku berada di ruangan ini,”

“Oh begitu ya. Jadi kamu juga belum bisa mengungkapkan mistery ini ya?” tanyaku lagi.

“Ya. Tapi aku sudah mendapat beberapa petunjuk sech,”

“Apa itu?”

“Itu...,” belum sempat Sarah menjelaskan petunjuk yang ia dapat, Yuri sudah memotongnya.

“Hei, apa kalian mau terus bicara berbisik-bisik begitu? Sekarang kita harus mencoba mengeluarkan Sarah dulu. Setelah itu, baru kita tanyakan semua petunjuk yang sudah didapatkannya,”

“Lalu apa idemu untuk mengeluarkannya? Mendobrak pintu ini? Atau minta tolong?”

“Aku tidak sedang bercanda Maya. Kita coba saja membuat kunci palsu. Keterampilan tanganku dipuji bu guru di sekolah. Apa kau ada bawa sejenis kawat yang mudah dibentuk?”

“Emang bisa apa, buat kunci-kuncian kayak di film-film begitu? Lagi pula, mana mungkin aku bawa benda yang seperti itu,” ucapku agak menyebalkan.

“Mungkin saja di ruangan ini ada benda seperti itu,” ucap Sarah dari dalam.

“Iya, mungkin saja ada,”ucap Yuri.

“Ada, ada! Kawat yang mudah dibentuk. Tapi sudah sedikit berkarat. Aku takut kalau nantinya kawat ini terlalu rapuh,” ucap Sarah.

“Tak apa-apa. Berikan padaku lewat rongga bawah pintu,”

Lalu Sarah mengeluarkan kawat itu. Seperti katanya, kawat itu sudah sedikit berkarat. Warna putih kawat itu sudah bercampur dengan warna coklat kekuning-kuningan dan permukaannya agak kasar. Tapi apa benar, Yuri bisa membuat kunci palsu dengan kawat itu?

Yuri pun memulai membentuk kawat itu supaya bisa masuk ke dalam lubang kunci ruangan tempat Sarah disekap. Sesekali dia melihat kearahku dengan tatapan seakan mengatakan “Aku ini jenius lho”.

Setelah selesai membentuknya, dia mulai berusaha membuka pintu itu. Dengan waktu kira-kira satu menit, akhirnya dia membuktikan tatapan matanya tadi. Dia berhasil membuka pintu itu. Lalu dia kembali melihat kearahku. Sekarang dia mulai angkat bicara.

“Tuh ‘kan,” ucapnya rada sombong. Tapi aku juga salah sech, tidak percaya pada ‘kejeniusan’nya itu.

Lalu Yuri memegang gagang pintu ruangan itu dan mendorongnya ke dalam. Ruangan itu pun terbuka. Benar sekali yang diucapkan Sarah. Ruangan yang gelap, berantakan dan berdebu.

“Terima kasih ya,” ucap Sarah.

“Ya, sama-sama,” balas Yuri.

“Lalu, apa rencana kita?” tanyaku.

“Tanyakan petunjuk, menganalisis, dan menyusun stratergi,” jawab Yuri.

Sarah pun mulai menjelaskan petunjuk yang sudah ia dapat dan menjelaskan semuanya, mulai dari bagaimana dia bisa berbincang dengan Mrs. Yulia, sampai dengan apa yang terjadi sebelum ia dipukul dan disekap.

Katanya, saat dia memasuki rumah ini, dia bertemu dengan Mrs. Yulia dan beralasan bahwa ia disuruh bu guru membuat narasi tentang suatu tempat yang menarik untuk referensi kelulusan. Awalnya Mrs. Yulia tidak menunjukkan kecurigaan dan menceritakan tentang keadaan rumah ini sebelum jadi rumah tertinggal. Dari cerita Mrs. Yulia, Mr. David dan adiknya sudah sering bertengkar sejak 3 bulan sebelum Anne bunuh diri. Penyebab pertengkaran mereka adalah tentang uang perusahaan yang makin lama makin berkurang dengan drastis. Mr.David menuduh bahwa Mrs. Mayalah yang menghambur-hamburkan uang perusahaan. Tapi, Mrs. Maya membantahnya. Karna pertengkaran itu secara langsung disaksikan Anne, menyebabkan sifatnya berubah jadi pemurung dan tertutup. Sering mengurung diri di kamar dan di sekolah pun dia dijauhi oleh teman-temannya. Hingga suatu hari mungkin karena sudah tidak tahan melihat orang tuanya yang selalu bertengkar, dia bunuh diri.

Tapi, Sarah tidak terlalu percaya dengan cerita Mrs. Yulia, karena mem-pertimbangkan kejadian aneh yang kuceritakan padanya dan datangnya Mrs. Yulia dan Mr. David secara bersamaan di rumah itu. Ia pun mulai menyelidiki seisi rumah. Sewaktu ia menyelidiki, memang ia menemukan tumpukan pecahan piring di sudut salah satu kamar di lantai dua. Maka dari temuan Sarah itu, terbuktilah bahwa apa yang dijelaskan Mrs. Yulia pada kami saat itu adalah bohong. Ia juga menemukan kerangka manusia di halaman belakang. Pasti itu adalah kerangka manusia yang tempo hari kami temukan tepat di depan ruangan ini.

Sarah juga menjelaskan bahwa ternyata air di rumah ini juga masih hidup. Tapi selama dia berada di rumah ini, dia belum pernah sekali pun bertemu dengan Mr. David. Mungkin itu karena Sarah disini dekat dengan Mrs. Yulia. Makanya Mr. David tidak pernah muncul di depan Sarah. Sampai sejauh ini, yang paling mencurigakan adalah Mrs. Yulia. Untuk apa dia berbohong sewaktu itu pada kami? Tapi kalau baru segini yang kami dapat, kami belum bisa dengan mudah menebak-nebak siapa yang jadi tersangka disini. Karena Mr. David juga aneh. Kenapa dia mengusir kami waktu itu. Dan sewaktu kami bertemu dengan Mrs. Yulia juga. Kenapa dia tidak menegur kami? Padahal sudah pasti dia mendengar percakapan kami.

“Yah, kalau baru segini, kita belum bisa menganalisis siapa tersangka kali ini,” keluh Yuri.

“Maaf, baru sejauh itu yang aku temukan. Ketika aku mau memeriksa apa yang ada di dalam lemari di kamar mencurigakan yang berada di lantai dua itu, tiba-tiba saja seseorang memukulku,” ucap Sarah.

“Kapan kejadian itu terjadi?” tanya Yuri.

“Kira-kira jam setengah enam sore. Soalnya cahaya yang masuk ke kamar itu, sudah berwarnya orange kemerah-merahan,” jawab Sarah.

“Lalu sekarang, apa yang akan kita lakukan?” tanyaku pada Yuri.

“Yah, mau bagaima lagi. Kita lanjutkan saja penyelidikan dulu. Setelah lebih banyak lagi informasi terkumpul, baru kita buat rencana selanjutnya,” saran Yuri.

“Ya, memang cuma itu yang bisa kita lakukan sekarang. Karena tidak mungkin kita pulang dan pura-pura tidak ada terjadi apa-apa setelah sejauh ini kita menyelidiki,”ucapku.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...