Tak terasa 20 tahun berlalu semenjak aku dilahirkan ke dunia ini. Tak terasa sudah selama itu. Apa saja yang telah kulakukan selama itu?
Dulu, aku mengira di saat dewasa nanti bukanlah aku yang akan menjalani semuanya, melainkan ‘aku’ yang lain. Aku tak pernah mengira bisa bertahan sejauh ini. Aku masih merasa sama. Aku yang masih menjalani semuanya. Di saat belum sekolah, TK, SD, SMP, SMA, dan kuliah, semuanya aku yang menjalaninya. Ya, tentu saja.
Dulu, aku mengira bahwa aku di saat dewasa adalah aku yang berbeda. Aku yang mempunyai sifat yang berbeda dan pemikiran yang berbeda. Mungkin memang ada beberapa yang berubah, tapi hal itu tak bisa mengubah bahwa aku tetaplah aku.
Aku tak menyangka bahwa aku di saat sekolah dasar dulu adalah masih aku yang saat ini menjalani kehidupan perkuliahan. Bodoh memang, tapi dulu aku sempat berpikir bahwa aku di saat dewasa nanti bukanlah ‘aku’.
Aku masih merasa tidak percaya bahwa aku benar-benar berada disini sekarang. Aku yang selama hampir 18 tahun hidup bersama dengan orang tua di tempat yang sama, sekarang sudah berada jauh terpisahkan oleh lautan.
Aku tetaplah aku. Aku yang masih mengingat bagaimana rasanya pergelangan tanganku digigit oleh teman TK-ku karena rebutan jungkat-jungkit, aku yang masih ingat bagaimana kakakku melihatku lewat jendela kelas ketika dokter menyuntik lenganku saat kelas 1 SD, aku yang masih ingat bagaimana aku memarahi teman sebangkuku anak pindahan saat kelas 2 SD, aku yang masih ingat kejadian dimana aku dan teman-temanku menyembunyikan sendal seorang teman sekelas kami saat pesantren kilat ketika aku duduk di kelas 3 SD, aku yang juga ingat saat dimana aku diminta oleh guru Agama waktu kelas 4 SD untuk menilai hafalan beberapa teman sekelasku, juga saat kelas 5 SD dimana aku pergi lomba olimpiade Sains tingkat provinsi dan harus menginap di Padang selama 10 hari untuk diberikan berbagai macam tambahan ilmu, dan juga ingat bagaimana senangnya hatiku saat mendapatkan peringkat lulusan terbaik di SD-ku dulu.
Ingatanku berlanjut ke saat dimana drama kelompokku berhasil ikut serta di perpisahan sekolah ketika aku duduk di bangku kelas 7, lalu di saat kelas 8 dimana aku bertemu dengan seorang teman yang sama-sama menyukai anime dan hafal semua jadwal tayang berbagai macam anime di berbagai stasiun televisi saat itu, dan terakhir juga aku yang tak pernah lupa menonton Idola Cilik di saat aku duduk di kelas 9.
Berlanjut ke masa-masa SMA-ku dimana aku berkenalan dengan seorang teman ‘tinggi’ku karena kami sama-sama menyukai Harry Potter di kelas 10, lalu momen dimana aku sempat menangis di saat aku belum mempunyai teman dekat di kelas 11, dan terakhir masa-masa dimana ruang tengah rumahku penuh dengan contoh-contoh soal UN di saat aku menduduki bangku kelas 12.
Semua episode-episode itu dan beberapa episode kehidupan lainnya masih jelas di ingatanku. Menandakan bahwa memang dari dulu akulah yang menjalani hidupku dan takkan pernah berubah menjadi ‘aku’ yang lain yang sama sekali berbeda.
Aku sadar bahwa menjalani kehidupan ini tidaklah mudah. Tapi sebenarnya tanpa terasa kehidupan ini berjalan begitu cepat. Aku sudah disini sekarang di umurku yang sudah menginjak kepala dua. Tak banyak hal yang berubah kecuali tanggung jawab yang aku emban semakin banyak dan meminta untuk dilihat sama rata.
Aku tetaplah aku. Seorang Suci Husnia Sadri yang dibesarkan di keluarga yang selalu membuat rindu saat tak bertemu. Seorang Suci Husnia Sadri yang…yang begini adanya. Masih sama. Masih seorang anak yang ingin sekali membanggakan kedua orang tuanya.