Senin, 05 Januari 2015

Sebuah Kisah

Kisah ini bermula di saat tokoh utamanya berada pada masa yang katanya masa pencarian jati diri. Masa dimana manusia ingin mencoba hal-hal yang baru demi menemukan jati diri yang sebenarnya. Masa dimana sang tokoh utama juga mencoba melakukan hal itu. Mencoba mencari 'dirinya' di dunia yang baru ia ketahui ada. Di saat ia haus akan afeksi dan inginkan intimasi. Dan ternyata, ia menemukan hal itu.

Awal perkenalan sang tokoh utama ini dengan seseorang yang akan disebut Shin ini bisa disebut langka, siapa menduga dari hal itu malahan akan membawa mereka menuju suatu keadaan yang mungkin saja mereka inginkan saat itu. Ya, saat itu saja. Setidaknya untuk Shin. Mereka mulai saling bercerita, dari hal yang umum sampai hal yang lebih privasi. Entahlah apa yang membuat pembicaraan mereka berjalan dengan sangat baik. Sangat baik sampai sang tokoh utama mulai terbawa akan suasana. 

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya 'pertemuan' langka itu menjadi awal dari kedekatan mereka. Hanya menunggu waktu sampai mereka mulai terbiasa dan merasa nyaman. Ya, hanya lewat cerita tanpa tatap muka. Hanya lewat dunia maya, yang menurut sang tokoh utama terasa sangat nyata dan begitulah waktu berjalan. 

Seiring bertambahnya rasa nyaman bercerita, semuanya berlanjut kepada suatu pengakuan. Pengakuan yang saling berbalas. Maka berlanjutlah cerita ini sampai setahun lebih lamanya. Sekali lagi, hanya lewat cerita tanpa tatap muka. Mungkin sesekali lewat suara, selebihnya? Berupa tulisan yang hanya bisa dibaca. Tapi oleh sang tokoh utama diabadikan. Ia merasa ada waktunya ia akan kembali membaca semua tulisan dalam bentuk pesan itu. Sampai tiba saatnya ia mendapatkan tulisan dalam bentuk surat. Betapa senangnya sang tokoh utama saat itu. Atau bahkan mungkin sampai saat ini.

Banyak hal yang terjadi seiring berjalannya waktu. Rasa senang sekarang ditemani oleh rasa sakit. Rasa sakit yang mungkin memang disebabkan oleh sang tokoh utama itu sendiri. Rasa sakit yang disebabkan oleh perasaan yang mungkin tak seharusnya dimiliki oleh sang tokoh utama. Rasa sakit yang disebabkan oleh keputusan yang mungkin tak seharusnya dipilih oleh sang tokoh utama. Tapi bodohnya ia tak menyesali hal itu. Mungkin awalnya ia memang mengutuk-ngutuk Shin atas semua yang terjadi. Akan tetapi setelah ia berpikir kembali, itu bukanlah salah Shin, itu adalah salah dirinya sendiri. Dia yang tak mau menerima kenyataan yang jelas-jelas sudah diperlihatkan kepadanya. Dia yang bersitegas untuk tetap mempertahankan. Bukan bagaimana hal itu bisa bermula yang disesalkan oleh sang tokoh utama, melainkan bagaimana hal itu bisa berakhir. Berakhir dengan meninggalkan berbagai kebodohan dan keegoisannya. 


Saat ini bagaimana keadaan sang tokoh utama dan Shin? Mereka baik-baik saja. Hanya saja sekarang tak lagi saling bercerita. Tentunya semua telah berubah. Hari-hari yang dijalani sang tokoh utama mengalami perubahan yang cukup besar. Berikut dengan pemikirannya akan hubungan dan kapan seharusnya hal itu boleh dimulai. Mungkin ia dan Shin memang hanya bercerita tanpa tatap muka. Tapi mungkin itu tetaplah salah. Mungkin karena itulah hal itu berakhir. Tapi (lagi), kenapa sang tokoh utama merindukan saat-saat itu kembali? Hahahaha mungkin ia sudah lelah dengan semua ini. Bye. 

Jatinangor, 19 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...