Penyelidikan
Malamnya di tempat bimbel, aku menceritakan kepada teman-temanku disana. Mendengar ceritaku, diantara mereka ada yang takut, dan ada pula yang penasaran dan bahkan ingin pergi juga dengan kami. Tapi aku menolaknya. Soalnya, bakal susah nanti kalau datangnya rame-rame. Bisa-bisa pria misterius itu datang lagi. ‘Kan misterinya nggak jadi terpecahkan dan aku bisa kepikiran terus. Jadinya aku cuma menanyakan apa yang mereka tahu soal rumah itu.
Setelah menanyakan hal itu, aku dapat beberapa informasi yang memang tidak bisa dibilang akurat. Ya, karena cuma kabar angin. Diantaranya: Ibu Anne yang bernama Maya. Mendengar nama itu aku jadi merinding. Soalnya namanya sama dengan namaku. Apa ini pertanda buruk atau pertanda bahwa kasusnya akan cepat selesai? Lalu, informasi yang ku dapat lainnya, suami Mrs. Maya namanya Mr. David, nama paman Anne adalah Steaven dan istrinya bernama Yulia juga Mrs. Maya hilang/pergi dari rumah dua hari setelah Anne bunuh diri.
Dan ada yang bilang bahwa Anne yang bunuh diri itu umurnya masih sebaya denganku, yaitu baru 12 tahun. Dan aku rasa, kalau masih sebesar aku, nggak mungkin dia mau bunuh diri semudah itu ‘kan? Biarpun aku akui, pemikiranku masih sangat berat buat umurku sekarang ini. Bahkan ibuku bilang ‘Umurmu 12 tahun atau 15 tahun sich?’ Yah, mau bagaimana lagi ‘kan? Aku ini memang orangnya nggak tenang kalau belum mengetahui dengan jelas hal yang ingin kuketahui. Tapi walaupun begitu, tetap saja aku nggak dapat juara kelas, sedangkan Yuri yang penakut dan cuek bisa dapat peringkat juara umum. Kenapa bisa ya?
Selesai bimbel, kami pun pulang dan tentunya sebelum kami pulang, kami pergi ke rumah itu dulu untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di sana. Mudah-mudahan pria misterius itu tidak datang lagi ke sana. Soalnya kalau ada orang itu, penyelidikan kami tidak akan berjalan dengan lancar.
Sesampai di depan rumah kuno yang tertinggal itu, Yuri berkata padaku, “Bener nich, kita akan masuk lagi ke rumah ini? Kalau orang menakutkan itu datang lagi bagaimana? Kamu yang tanggung ya?”
“Bilang aja kamu takut! Dasar penakut!”
“Bukankah kamu juga takut kalau pergi sendirian? Makanya kamu mengajakku kesini berdua ‘kan? Ngaku aja!”
“Nggak!! Bukan begitu. Mana tahu aja otak encermu itu bisa membantuku untuk memecahkan misteri ini. Itu alasannya. Atau.....otakmu tidak bisa bekerja juga ya, saat kamu lagi takut?” ejekku.
“Ye....bisa kok! Jangan remehkan aku ya. Gini-gini aku murid tercerdas di sekolah.”
“Iya. Sekaligus yang paling pengecut!”
“Bukan pengecut! Aku cuma takut aja kok.”
“Sama aja kali! Nah, ini adalah terapi buatmu agar tidak takut lagi. Sekaligus menguji kemampuanku untuk dapat memecahkan kasus dengan baik. Ayo kita masuk!” ucapku. Kami pun melangkah ke dalam hutan semak itu sekali lagi. Tapi malam itu aku tidak melihat keganjilan apapun disana. Apa kejadian itu hanya terjadi malam tanggal 13 Mei saja ya?
Sampai di depan pintu yang sudah tidak berdaun itu, masih seperti hari sebelumnya, gelap dan sunyi. Tapi masih lumayan terang dibanding hari sebelumnya, soalnya hari itu rembulan menemani kami dalam menyelidiki misteri ini. Ya...walaupun cahayanya tidak bisa terlihat saat kami sedang di dalam rumah itu sich.
Lalu setelah masuk lebih jauh ke dalam rumah itu, aku pun mengeluarkan senter dan diikuti oleh Yuri yang juga membawa sebuah senter di tangannya. Sekarang dia tidak lagi takut sedasyat kemaren. Tapi, tetap masih gemetaran juga. Kali ini, aku akan benar-benar menyelidiki seisi rumah ini sampai tuntas.
Pertama, aku pergi dulu ke tempat kami menemukan benda seperti tulang manusia itu dulu. Tentu saja untuk memastikan apakah benda itu benar-benar tulang manusia atau bukan. Karena sekarang aku tidak lagi takut seperti hari sebelumnya. Di rumah aku sudah bersemedi untuk itu.
Tibanya kami di tempat itu, ternyata benda itu tidak lagi ada disana. Pasti pria misterius itu sudah memindahkannya ke tempat lain. Itu untuk...... mengantisipasi kami akan datang lagi kemari untuk menyelidiki hal yang terjadi disini. ‘Kan, benar seperi kataku. Pria itu pasti ada hubungannya dengan semua kejadian ini.
“Hei Yuri! Kamu mau nggak, berpencar untuk menyelidiki rumah ini?” tanyaku pada Yuri yang dari tadi celingak-celinguk melihat keadaan sekitar.
“Nggak ah. Aku belum berani untuk jalan sendirian di rumah ini.”
“Oh, jadi kamu celingak-celinguk dari tadi itu karena takut kalau tiba-tiba ada yang menyentuhmu dari belakang ya? Aku kira untuk menyelidiki keadaan sekitar, mana tahu aja ada yang bisa dijadikan suatu petunjuk.”
“Ngomong-ngomong soal petunjuk, firasat burukku ini bisa dijadikan petunjuk tidak? Sejak kita masuk tadi, eh bukan, sejak menuju kesini tadi aku sudah merasakan hal yang buruk akan terjadi. Ya, seperti tadi malam.”
“Itu mah firasat buruk karena kamu itu lagi takut. Tapi kita memang harus waspada. Selain mencari petunjuk, kita juga harus memperhatikan kalau-kalau pria yang kemaren itu datang lagi.”
“Tanpa dibilang pun aku udah waspada dari tadi tau’!”
Kemudian kami pun beranjak dari tempat itu dan mencari tangga menuju lantai atas. Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki. Aku langsung menyuruh Yuri berhenti dan suara langkah kaki itu semakin jelas terdengar. Gawat! Menuju kemari. Bagaimana ini? Jangan-jangan pria kemaren malam lagi.
“Maya! Sembunyi! Kita harus sembunyi! Itu pasti pria yang kemaren itu. Tapi sembunyi di mana ya?”
Aku langsung saja melihat sekeliling dengan cepat. Lalu aku menemukan sebuah lemari besar yang mungkin muat untuk tempat kami bersembunyi. Kemudian aku menarik tangan Yuri ke arah lemari itu dan kemudian menutup pintunya dengan segera tanpa mengeluarkan suara. Akh! Lumayan sempit juga ternyata lemari ini setelah kami masuk kedalamnya. Seperti ada orang lain yang juga masuk kedalam sini.
“Tap, tap, tap!” Suara langkah kaki itu makin mendekat. Dan sekarang tepat di depan lemari ini suaranya berhenti. Ah! Apa kami ketahuan ya? Jangan sampai dech. Setelah berhenti sebentar, langkah kaki itu mulai berjalan lagi makin menjauh. Hah..... syukuuur, kami nggak ketahuan.
Setelah langkah kaki itu sudah tidak terdengar lagi, aku lalu membuka pintu lemari itu. Tapi alangkah terkejutnya kami begitu melihat ternyata memang ada orang lain di dalam lemari itu selain kami. Seorang wanita paruh baya. Tapi masih lebih muda dibanding dengan pria aneh itu. Kira-kira berumur 30-an. Siapa wanita ini? Dan untuk apa dia kesini? Apa dia ada hubungannya dengan misteri ini?
“Anda siapa?” tanyaku pada wanita itu.
Wanita itu terlihat berpikir sebentar baru menjawab pertanyaanku,” Saya adalah bekas pembantu di rumah ini. Nama saya Sinta.”
“Oh....., jadi anda dulu pernah bekerja disini donk. Eh, tunggu dulu. Untuk apa anda kemari? Bukankah rumah ini tidak lagi ditempati sejak nona Anne meninggal?” tanyaku lagi pada wanita yang mengaku bernama Sinta itu.
“Iya benar. Untuk apa anda kemari?” tambah Yuri. Wah, kok dia semangat sekali menanyai wanita ini? Apa dia tidak takut lagi?
“Panggil saja saya Sinta. Saya kemari karena ada perlu. Kalian?”
“Namaku Maya dan temanku ini namanya Yuri,” jelasku.
“Maya?” ucapnya. Mungkin dia terkejut karena namaku sama dengan nama majikannya dulu.
“Hah, wajar saja anda, eh maksudku mbak Sinta terkejut. Namaku sama dengan nama majikan mbak dulu. “
“Ah, iya.” Jawabnya. Tapi entah kenapa raut wajahnya itu aneh sekali. Seperti telah terjadi sesuatu antara dia dengan Mrs. Maya dulu. Apa sebaiknya kutanyakan saja ya?
Tapi sebelum aku berbicara, Yuri sudah duluan bertanya padanya,” Maaf, apa keperluan anda kemari?”
“Eh, i,itu untuk... saya kangen saja dengan rumah ini. Saya memang terkadang sering kesini untuk melihat keadaan rumah ini. Kalian untuk apa kesini? Apa kalian tidak takut dengan tuan David? Tadi kalian bersembunyi untuk menghindarinya bukan?” ucapnya terbata-bata. Jadi, pria itu Mr. David?
“Eh...”
Belum selesai aku bicara, dipotong lagi oleh Yuri, ”Kenapa anda bisa tahu kalau yang lewat tadi itu adalah Mr. David?”
“Ah, itu karena...., karena saya sudah lama bekerja disini jadi saya sudah hafal suara langkah kaki tuan David,”
“Lalu kenapa anda tadi bersembunyi di dalam lemari? Anda sembunyi karena mendengar suara langkah kaki kami ‘kan? Untuk apa anda bersembunyi? Kalaupun kami yang datang atau Mr. David, apakah ada masalah? Anda takut? “ pertanyaan bertubi-tubi diajukan Yuri kepada mbak Sinta. Wah, gawat nich. Kenapa jadi Yuri yang bersemangat? Seharusnya yang mengajukan semua pertanyaan itu ‘kan aku.
“I...,itu karena...,”
“Tak bisa jawab? Itu pasti karena kemaren anda juga ada disini ‘kan? Anda pasti tahu dari lagat kami, kalau kami pasti akan datang kembali kesini. Karena itu anda was-was kalau seandainya kami atau Mr. David yang duluan datang. Jadi sewaktu ada yang datang, anda langsung bersembunyi di lemari. Iya ‘kan? Apa ada yang salah, Mrs. Yulia?”
Apa? Apa maksud Yuri dengan Mrs. Yulia? Bukankah itu adalah bibi Anne? Tapi wanita ini adalah pembantu keluarga ini ‘kan?
“Hei! Apa maksudmu dengan menyebut saya Mrs. Yulia? Saya adalah bekas pembantu di rumah ini.” bantah wanita itu. Iya, benar. Kenapa Yuri bisa beranggapan dia adalah Mrs. Yulia? Dia ‘kan memperkenalkan diri sebagai Sinta.
“Oh...., jadi seorang pembantu, bisa begitu kaya setelah keluar dari rumah ini ya? Sampai-sampai memakai baju mahal seperti itu dan kesalahan anda yang kedua adalah..., anda kesini memakai sepatu hak tinggi dan memakai anting emas. Mana mungkin seorang pembantu bisa mempunyai perhiasan emas? Dan pasti, jika anda..oh, maksudku dalam penyamaran anda menjadi pembantu, majikan anda yang sekarang memperbolehkan anda pergi begitu saja dari rumah. Benar ‘kan?” jelas Yuri panjang lebar.
Ternyata Yuri memang seorang juara umum. Bisa memikirkan semua itu dengan cepat. Aku saja belum berpikir sejauh itu. Tapi, benar juga semua yang dikatakan Yuri. Mana mungkin seorang pembantu bisa berpenampilan seperti itu. Kenapa aku tidak memikirkan hal ini. Terpaksa aku mengakuinya sekarang. Dia jadi lupa akan ketakutannya karena sibuk memikirkan misteri ini. Aku jadi mengerti, kenapa selama ini aku bisa selalu berteman dengannya. Dia terkadang memang menyebalkan tapi terkadang pula dia sangat bisa diandalkan.
“Heh, ketahuan ya? Memang aku adalah Mrs. Yulia, persis seperti yang kau katakan. Semuanya benar. Kecuali..., aku bukannya takut pada David, tapi aku sedang membuntutinya karena aku merasa dia ada kaitannya dengan kematian keponakanku. Aku merasa ada yang aneh dengan kematiannya. Lalu juga dengan kepergian adikku. Sampai sekarang, dia belum pernah memberiku kabar apapun,”
“Jadi begitu ya? Jangan-jangan kejadian aneh kemaren ada kaitannya dengan anda?” Sekarang aku mulai bicara.
“Oh, itu ya? Benar, lampu di kamar itu aku yang menghidupkannya. Selama ini akulah yang membayar tagihan listrik di rumah ini. Karena aku akan sering datang kesini untuk melihat keadaan rumah ini dan aku berpikir mungkin saja Maya datang ke rumah ini suatu hari. Lalu tentang tentang jeritan itu, itu karena aku terkejut tiba-tiba saja David datang dan masuk menerobos kamar saat aku sedang tukar pakaian,”
“Jadi begitu ya?” ucapku. Ya...,walaupun aku belum begitu puas dengan penjelasan-nya. Soal hempasan piring belum dijelaskannya dan juga kenapa Mr.David bisa begitu saja muncul dihadapan kami. Dan kenapa Mr.David tidak muncul juga di hadapan kami sekarang? Padahal pasti percakapan kami terdengar olehnya ‘kan? Paling tidak dia berteriak ‘Siapa disana?’ Tapi, aku diam saja, begitu juga dengan Yuri. Kami mempunyai pikiran yang sama. Yaitu menunggu sampai dia menceritakannya sendiri. Karena entah kenapa..., aku merasa ada yang ganjal dengan penjelasannya itu. Tapi, aku tidak tahu apa yang mengganjal itu.
“Yah..., sepertinya kalian harus pulang sekarang. Ini sudah terlalu larut. Bukankah kalian sudah menemukan kebenaran dari hal-hal aneh itu ‘kan? Jadi, kalian bisa pulang sekarang. Kalau masih ada yang mengganjal, kalian bisa kembali besok malam. Ngomong-ngomong, kalian kelas berapa?” Ucapnya. Walaupun dia berkata lemah lembut, tapi tetap saja tujuannya mau ngusir kami.
“Kami kelas enam. Bentar lagi SMP. Jadi, kami ikut bimbel di gedung SS,” ucap Yuri yang terdengar sedikit kecus.
“Oh, jadi begitu ya. Kalau begitu semoga lulus dan diterima di SMP favorit kalian ya.”
“Iya, makasih. Aku pasti berhasil masuk ke SMP favoritku kok.” jawab Yuri tak kalah kecus dari yang tadi.
“Kamu optimis sekali ya?”
“Tentu! Harus!”
Lalu kami pun berjalan menuju pintu rumah itu dan melangkah ke semak-semak mengerikan itu lagi. Sesampai di luar pagar rumah itu, Yuri berkata padaku, ”Mulai seru juga misteri ini. Entah kenapa aku mulai tertarik dengan hal ini. Ini bukan akhir ‘kan Maya? Ya.., walaupun kejadian aneh itu ‘sudah’ terpecahkan menurut versi Mrs. Yulia,” Ucapnya dan ia menekankannya di kata ‘sudah’. Aku tahu maksudnya.
“Tentu saja. Bukankah ini baru awal dari penyelidikan kita? Masih banyak, bahkan sangat banyak misteri-misteri yang masih berputar-putar di otakku. Belum bisa dikumpulkan dalam satu pusat inti kasus. Kamu nggak akan menolak lagi ‘kan, jika aku mengajakmu datang kemari besok? Nggak takut ‘kan?”
“Nggak akan dech. Aku ikut dan nggak akan takut. Aku akan melatih diri di rumah supaya nggak takut lagi. Pasti! Lalu akan kupecahkan semua teka-teki yang belum terjawab ini. Aku akan mencari informasi yang lebih banyak lagi,”
“Yeah! Tentu. Tapi, kita akan beri kejutan pada Mrs. Yulia dan Mr. David. Kita akan mendatangi rumah ini di siang hari. Dan mereka nggak akan ngusir kita dengan alasan ‘sekarang sudah malam’ lagi. Jadi, kita akan leluasa melakukan penyelidikan besok. Lalu kita sekarang harus istirahat untuk menyegarkan otak kembali. Sudah jam sepuluh lebih. Wah, mama pasti udah khawatir banget. Ayo kita pulang!”
“Ayo!”
Lalu kami pulang dan beristirahat. Besok pasti lebih seru!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar