Kamis, 15 Juli 2010

Ini Seru Atau Konyol Sech??? (Bag.1)

Ini cerpen yg aku bwt untuk tugas akhir semester 1 kls IX kemaren ne....
Kacau bgt...! Jelek... -aku rasa-
Coz bwt'a asal2an aja.. Aku bwt dlm wktu kalau ng' salah... 3 hari....
-------------------------------------------------------------------------

Ini Seru Atau Konyol Sech???

Malam yang mencekam. Disaat mereka tersesat tak tahu arah. Gelap, sunyi, dan sepi. Tak ada siapa-siapa. Hanya ada mereka dan aku yang akan mengatur jalan cerita ini. Mereka adalah sekelompok anak yang lapar akan petualangan. Dan haus dengan segala macam air. Eh, maksudnya segala macam mistery. Tapi saat itu, mereka benar-benar tersesat. Merasakan dinginnya malam dan gelapnya dunia tanpa sang rembulan. Ya, tanpa sang rembulan. Amatlah gelap. Dan, apakah mereka sedang bermimpi? Tentu tidak. Ini nyata.

“Hey kawan, kita sekarang benar-benar tersesat!” ucap salah seorang dari mereka. Dicky Aulia. Dia adalah seorang cowok yang memiliki tinggi153 cm, berkulit putih, dan sangat banyak bicara alias cerewet. Teman-temannya biasa menyebutnya ‘Diwet’. Tahu ‘kan kepanjangannya? Dicky si cerewet.

“Tenang saja, bukankah itu bagus? Kita bisa mulai petualangan kita dari sekarang. Ada yang tak setuju?” Nah, yang ini namanya Andre Raudy. Cowok yang sangat ambisius dan paling gila petualangan diantara mereka semua. Dialah biang keladi dari semua petualangan seru dan kadang agak konyol yang dialaminya bersama sobat-sobatnya.

“Bukan gitu ya, Ndre. Tapi ntar orang-orang akan susah nyari kita. Sebaiknya dengan segera kita nyari perkemahan kembali. Kalau kita pergi nggak dalam rangka perkemahan sekolah, gue setuju-setuju aja berhari-hari disini. Sekarang kalau kita hilang, gawat,” ucap Fraza angkat bicara. Dia adalah satu-satunya cewek diantara mereka ini. Nama lengkapnya Fraza Melchania Restiroza Syafitri. Tapi walaupun namanya sudah sebegitu rupanya, tapi karena selalu berada di lingkungan cowok, tak sedikitpun dari namanya yang mencerminkan akan dirinya.

“Cukup kawan. Kita pikirkan baik-baik. Ada di tengah hutan, gelap, penerangannya hanya dua buah senter, tak ada sinyal untuk kabar-mengabari, dan punya banyak persiapan di dalam tas masing-masing. Tapi yang terpenting, karena sudah terlanjur tersesat, kita ikuti saja saran Andre,” Dengan gaya yang amat dia banget, Ega Prasetyo berceramah.

“Yee..! Bilang aja kalau loe mau kita benar-benar bertualang ‘kan?” sergah Dicky.

“Terserah. Yang jelas, walau kita berusaha mencari perkemahan di malam yang gelap gini, tetap nggak bakalan ketemu. Enakan langsung saja bertualang sekalian. Lagi pula, guru-guru dan yang lainnya pasti sudah sangat tahu kalau kita itu pergi entah kemana. Dan lagi pula, Ndre. Loe pasti sudah buat memo yang memberitahukan kalau kita akan pergi, iya ‘kan?” ucap Ega.

“Hehe... tahu aja loe ide gue,” jawab Andre dengan santainya.

Ya, semuanya itu memang benar. Mereka sudah pernah, bahkan sudah berkali-kali melakukan hal-hal yang diluar dugaan. Jadi, kalau mereka yang hilang, guru-guru tidak akan terlalu khawatir. Itu sudah terlalu biasa. Termasuk juga Andre yang selalu menyembunyikan sebuah memo pemberitahuan bahwa mereka sedang membuat ulah. Tapi anehnya, memo itu baru ditemukan setelah semuanya sibuk mencari mereka. Sekarang pun pasti begitu.

Oh iya, mungkin kalian tidak terlalu mengerti ya? Begini ceritanya dari awal....

Sewaktu semuanya sedang sibuk-sibuknya berkumpul dan bercerita ria di sekeliling api unggun, Andre dengan senangnya membuat ide untuk ‘sedikit’ berjalan-jalan di sekitar perkemahan. Dia pun mengajak sobat-sobatnya untuk ikut bergabung dalam ide konyolnya itu. Tentu saja dia sudah memikirkan semuanya. Termasuk mereka yang ‘dituntunnya’ untuk tersesat. Dan tak lupa memonya untuk jaga-jaga. Percayalah, dia sudah sangat ahli dalam hal ini.

Setelah itu pun, mereka dengan santainya pergi menjauh dari tempat perkemahan. Tapi, terlebih dahulu Andre menyuruh mereka bawa persiapan snack dan P3K. Katanya sich, untuk jaga-jaga kalau-kalau mereka tersesat. Padahal sebenarnya memang itu rencananya. Dan akhirnya, rencananya memang benar-benar terwujud.

Sedangkan di tempat perkemahan....

“Ukh, sebenarnya mereka itu pergi kemana sich? Buat ulah saja. Tak senang apa mereka kalau tak buat aku stress barang satu hari saja? Tidak di sekolah, tidak di hutan, sama saja!” ngomel Bu Sintia, wali kelas mereka.

“Bu, aku menemukan sebuah memo di tendanya si Andre!” teriak salah seorang teman sekelas mereka. Akhirnya setelah mencari selama setengah jam, barulah di temukan kertas memo itu. Memang, tendanya Andre, Dicky dan Ega benar-benar seperti gudang! Tepat sekali dijadikan tempat untuk menyembunyikan sesuatu. Sudah mirip tenda yang sudah ditinggal pemiliknya selama satu bulan, lalu diobrak-abrik oleh orang utan. Ya, hanya itu yang bisa diilustrasikan tentang tenda mereka.

Kemudian, dengan secepat kilat Bu Sintia langsung pergi menuju asal suara itu. Sesampai disana, ia langsung meminta memo itu dari murid yang menemukannya. Sedetik setelah ia memegang memo itu, sekujur tubuhnya mulai menggigil. Firasat buruk langsung menyerbu pikirannya. Lalu ia pun membacanya dengan nada gemetar.

Folded Corner:       Siapa pun yang menemukan memo    ini, saat ini kami (Andre, Dicky, Ega dan Fraza) sedang dalam masa petualangan. Jadi, jangan terlalu kepikiran soal kami. Key??                                         Andre


Seketika wajah Bu Sintia langsung memerah. Dengan wajah ganas ia berteriak dengan suara yang memekakan telinga, ”Andreeeee!!”

Ditempat mereka....

“Hmm, sepertinya memo itu sudah ditemukan,” ucap Andre.

“Eh??” mereka bertiga langsung berpikir, ”Dari mana dia tahu???”

***

Sudah cukup lama mereka berjalan-jalan di tempat yang penuh pepohonan dan semak itu, tapi sedikit pun mereka belum mendapatkan ‘petualangan’ yang mereka inginkan. Berjalan dan terus berjalan di tengah gelapnya malam. Tetap saja tidak ada hal seru yang terjadi. Malahan, mereka mendapatkan hal konyol. Yaitu firasat buruk dan perasaan diikuti. Eh, itu bukan konyol ya? Ya, setidaknya bagi mereka itu adalah hal konyol.

Perasaan gelisah, takut dan gatal-gatal (lho??) menghantui mereka. Malam semakin larut dan hawa dingin juga menjadi-jadi parahnya. Alam sekarang tidak bersahabat pada mereka. Langit yang tadinya memang sudah gelap, menjadi semakin gelap. Dedaunan yang tadinya diam di rantingnya masing-masing, sekarang mulai menari-nari. Awalnya hanya menari bak penari balet, tapi sekarang di percepat seperti penari yang mengiringi penyanyi rock. Seperti apa hayo??

“Woy, Ndre! Cuaca jadi menggila nech. Gimana?” komentar Dicky.

“Ya, Ndre. Bisa mati kedinginan kita kalau terus diam disini. Sepertinya bakal hujan deras nech. Kita mau cari tempat perlindungan dimana? Disini cuma ada pohon dan lagi-lagi pohon!” tambah Fraza.

“Betul!!” Si Ega mulai berpose lagi.

“Eh gila! Loe juga setuju ‘kan dengan ide gue tadi? Lagak loe seperti terpaksa ikut saja. Ikut cari solusi dong!” sergah Andre.

“Hehe... Sorry kawan, gue lagi kekosongan ide nech,” Ega mulai beralasan.

Sebenarnya, mereka memang baru kali ini mencoba berpetualang di hutan. Dan sepertinya si Andre tidak seahli yang dikira. Dia belum memikirkan solusi untuk masalah kali ini. Memang betul kata pepatah, keberanian itu tidak cukup jika tidak ada persiapan yang matang. Ya, walaupun biasanya semua yang mereka lakukan memang tanpa persiapan, tapi kali ini kejadiannya lain. Mereka berada di tempat yang asing dalam cuaca yang tidak menguntungkan. Parah!

“Nah, bagaimana Ndre?” tanya Fraza.

“Yah, mau bagaimana lagi. Ada bawa pisau nggak?” ucapnya santai.

“Hei, jangan bercanda dong! Masa’ hanya karena ini loe mau bunuh diri! Udah hilang akal ya?” bentak Dicky.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...