Kamis, 08 Juli 2010

Misteri Yang Sudah Lama Terpendam (Bag.4)

Mistery Baru ?!?

Setelah lama berjalan, akhirnya kami sampai juga di depan rumah kuno tertinggal itu. Tapi sekarang aku menyebutnya, rumah penuh misteri. Di siang hari, rumah itu tidak terlalu menyeramkan menurutku.

“Nah, kita udah sampai di rumah penuh misteri ini,” ucapku.

“Yap. Pertama-tama, bagaimana kalau kita periksa halaman depan dan belakang rumah ini? Kita selama ini ‘kan hanya melihat dalamnya saja. Mana tahu aja kita bisa menemukan petunjuk,”

“Iya. Ide yang bagus,”

Kemudian kami berjalan menuju sisi kiri halaman rumah itu. Jarak antara tembok pembatas dengan dinding rumah cukup lebar. Kira-kira 10 m. Lalu aku mendongak ke arah lantai dua dan tiga rumah itu. Aneh. Lantai duanya diberi beranda, sedangkan lantai tiganya hanya dibiarkan begitu saja. Tapi, setelah diperhatikan, kaca jendela rumah itu bersih. Apa setiap hari kaca itu dibersihkan ya? Walaupun dindingnya memang dipenuhi lumut sich. Tapi memang, kacanya cling.

“Aneh ya, kaca jendelanya bersih sekali,” ucapku pada Yuri.

“Iya, mencurigakan. Karena selama ini kita hanya datang malam hari, jadi tidak keliatan bedanya, Tapi jika sekarang, terlihat jelas,”

Lalu kami lanjutkan perjalanan menuju halaman belakang sambil berpikir. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Jangan-jangan Mr.David? Bagaimana? Kami harus bagaimana?

“Maya, manjat!”

“Apa?”

“Iya, kita manjat pohon ini saja. Daunnya cukup rimbun buat bersembunyi,”

Memang sich, tepat di samping kami ada sebuah pohon yang berdaun lebat. Tapi aku tidak tahu pohon apa itu. Suara langkah kaki itu semakin mendekat ke arah kami.

“Tapi aku pakai rok,”

“Mau manjat atau ketahuan oleh seseorang yang menuju kemari?”

“Iya. Tapi kamu duluan yang manjat,”

“Kenapa? Sudah cepat. Kamu duluan!”

“Tapi...”

“Aku nggak akan ngintip,”

“Iya,” Lalu aku pun memanjat pohon itu dan kemudian diikuti oleh Yuri. Begini-begini, aku pintar manjat. Sesampai kami di atas pohon itu, langkah kaki itu berhenti tepat di bawah pohon ini. Ah, bukankah itu Sarah? Kenapa dia ada disini? Dia seperti sedang mencari sesuatu.

“Hei, bukankah itu Sarah?” tanya Yuri Sambil berbisik padaku.

“Iya. Mau apa ya, dia kemari? Sepertinya dia sedang mencari sesuatu,”ucapku.

Sewaktu Sarah sedang celingak-celinguk mencari sesuatu, ada langkah kaki lagi yang datang. Langkah itu juga menuju kemari. Gawat! Kalau sampai yang datang itu Mr.Davit bagaimana?

Karena bisa ribet kalau kami bertiga ketahuan, jadinya aku tidak bicara apa-apa pada Sarah. Maaf ya Sarah. Tapi, apa yang terjadi. Ada hal yang membuatku terkejut.

“Hei, Sarah. Sudah ketemu barangnya?” Orang yang bicara pada Sarah itu adalah Mrs.Yulia! Ternyata barang yang dicari Sarah itu adalah sebuah note book mini berwarna hijau daun. Pantas aku tidak melihatnya tadi. Warnanya sama dengan warna rumput-rumput disitu.

“Sudah, tante,” jawabnya. Ada apa ini? Kenapa Sarah....

Setelah itu pun mereka pergi dari sana. Tapi kami tetap terdiam di atas pohon. Kami berdua terdiam sebentar. Tak lama setelah itu, kami berdua bicara bersamaan.

“Kenapa Sarah...,”

“Eh,” ucapku kemudian.

“Ternyata yang kita pikirkan sama ya?” ucap Yuri.

“Iya. Kenapa Sarah bisa kenal dengan Mrs.Yulia?”

“Dan untuk apa dia kemari?”

“Apa hubungannya dengan Mrs.Yulia?”

“Note book itu apa isinya ya?”

Kami saling memberitahu apa yang ada di pikiran kami masing-masing saat ini.

“Kenapa tidak kita ikuti?” ucapku.

“Iya juga ya? Yuk , turun!”

Lalu kami turun dan mengendap-ngendap menuju halaman belakang rumah itu. Halaman belakang rumah itu cukup luas. Ada sebuah kolam, yang sekarang lebih mirip kolam ikan dari pada kolam berenang. Tapi sepertinya dulu, itu adalah kolam berenang. Karena, di pinggirnya diberi kramik warna biru laut dan juga ada tangga untuk naik dari kolam yang terbuat dari besi yang sudah berkarat. Dan yang terlihat lainnya hanya rumput tinggi. Aneh juga. Kenapa hanya di samping rumah saja, yang rumputnya terawat dengan baik?

Eh, tujuan penting kelupaan. Mrs.Yulia dan Sarah tidak lagi ada disana. Tapi, ada sebuah pintu belakang yang masih terbuka. Mungkin mereka sedah masuk ke dalam rumah.

“Maya, kita masuk?” tanya Yuri.

“Tentu saja. Tapi, ternyata bajuku memang mencolok ya?”

“Tidak apa-apa. Bukankah kalau ada yang liat kamu, bisa dikirain hantu ‘kan?”

“Itu ngejek atau apa sich?”

“Itu untuk melegakan kamu tau’!”

“Iya dech. Nah, come on!”

Kami pun mengendap-ngendap lagi dan masuk ke dalam rumah. Tapi, kami menemukan secarik kertas di lantai dekat pintu. Ukurannya sama dengan ukuran kertas note book milik Sarah. Lalu aku mengambilnya dan membaca memo yang tertulis disana.

Jika lebih jauh dari ini, kalian akan celaka.

“Apa maksudnya ini? Ini kertas dari note book milik Sarah ‘kan?” Tanya Yuri.

“Iya? Aku semakin penasaran. Ada apa sebenarnya?”

Meskipun begitu, kami tetap tidak menyerah. Hal ini membuat kami semakin gatal ingin memecahkan semua misteri ini. Tapi, lagi-lagi ada memo di lantai.

Masih belum menyerah juga ya?

“Tentu saja” ucapku dalam hati.

“Bagaimana Maya?”

“Tentu saja terus ‘kan? Kamu mau menyerah?”

“Tidak sich,”

“Nah, ayo terus,”

Lanjut! Tidak ada kata menyerah dalam kamusku. Tapi, aku yakin sekali yang menulis memo itu adalah Sarah. Untuk apa? Bukankah seharusnya Sarah sekarang sedang di tempat penerbitan buku Stevord Alldian yang terbaru? Ah, jangan-jangan ini suatu kode? Mana mungkin ‘kan, Sarah mau berkomplot dengan Mrs.Yulia? Walaupun, belum tentu juga Mrs.Yulia dalang dibalik semua misteri ini.

Setelah lama berjalan, ada kertas lagi.

Dasar keras kepala! Kalian akan tahu akibatnya.

Banyak yang aneh disini. Kenapa setiap kami melangkah, kertas itu selalu ada? Padahal belum tentu kami akan lewat di tempat itu ‘kan?

“Yuri, bagaimana pendapatmu mengenai memo-memo ini? Bukankah sedikit mencurigakan?” tanyaku pada Yuri.

“Ya, lumayan..... Ini seperti sebuah kode,”

“Aku juga berpikiran sama. Coba saja kita terus berjalan. Mana tahu aja ada memo-memo lainnya,” saranku.

Lalu Yuri mengangguk dan kami pun terus berjalan semakin masuk ke dalam rumah itu. Seperti dugaan kami sebelumnya. Bahwa, lagi-lagi ada kertas memo. Tapi, kali ini diletakkan dekat bunga plastik berwarna putih di sudut ruangan.

Pulang saja, Ok? ^_^

Memo itu, bahasanya agak berbeda dengan yang tadi. Entah kenapa, perasaanku jadi tenang. Dan memo itu juga diletakkan di tempat yang membuat suasa hati jadi tentram. Yaitu di selipan tangkai sebuah bunga mawar plastik. Ya.., walaupun bunga itu juga sudah penuh debu.

“May, ini....,” ucap Yuri.

“Ya, sepertinya Sarah juga sudah merencanakan sesuatu. Mungkin dia sedang berusaha mencari informasi. Begitu-begitu, dia ‘kan jago sekali mencari informasi dan punya bahasa yang tidak akan membuat ‘sasaran’ curiga. Jadi, apa kai ini kita biarkan Sarah beraksi?”

“Sepertinya iya. Karena dari raut wajah Mrs.Yulia tadi, tidak ada sedikit pun rasa curiga. Mungkin Sarah sudah melakukan pendekatan yang ‘damai’. Sehingga tidak terjadi kecurigaan. Tapi sepertinya kita harus tetap berhati-hati,”

“Benar. Jadi, kita ke taman bermain?”

“Boleh saja,”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...