Perasaan ini.. Senang apabila bersama, sakit apabila berpisah...
Dramatis.. Ternyata aku adalah orang yang seperti ini.. Masih seperti
dulu... Aa-koi.. Andai saja dirimu masih 'disini' bersamaku, rasanya
tidak akan sesakit ini. Mungkin memang benar tak jarang aku pun
merasakan sakit saat bersamamu, tapi aku tak membenci hal itu. Asal kau
tetap bersamaku. Ya, itu adalah apa yang aku pikirkan dulu mengenai
hubungan kita. Dan ternyata, yang memikirkan hal itu hanyalah aku,
secara sepihak, mengikatmu. Padahal nyatanya mungkin kau tak inginkan
itu. Terbukti dengan pada akhirnya kau memutuskan 'ikatan' itu secara
perlahan. Menghancurkan perasaanku yang memang sudah tak utuh lagi sejak
'kejadian' itu. Aku berusaha menyatukan kembali hati itu menjadi utuh
seperti semula, disaat aku belum mengetahui kenyataan yang sebenarnya
ada. Tetapi lagi-lagi, pada akhirnya aku sadar, semua tidak akan bisa
kembali menjadi seperti sedia kala. Nasi sudah menjadi bubur. Dan aku
telah mencoba memberi tambahan pemanis pada bubur itu tetapi ternyata
itu masih tidak cukup. Bubur itu masih terasa hambar.
Aku telah mencoba semua pemanis bahkan tambahan rasa pedas pada bubur
itu, tapi apakah aa-koi tahu hal ini? Semuanya ternyata tidak sesuai
dengan apa yang aku harapkan. Ada saatnya dimana aku kembali
menginginkan nasi itu. Bagaimanapun juga itu adalah yg terbaik. Ada
saatnya dimana aku kembali mengingat masa-masa itu yang aku yakini pasti
tidak akan pernah kembali lagi. Aku mencoba untuk tegar disini,
aa-koi..tanpamu. Tetapi disatu sisi tak bisa kupungkiri, aku merindukan
sosokmu disampingku. Menghabiskan waktu bersama, menceritakan semua hal
apapun itu. Ya, walau mungkin hanya aku yang lebih banyak bercerita,
tetapi aku menyukai itu. Bercerita kepadamu adalah salah satu kesenangan
untukku. Aku sebut itu dengan 'berbagi'. Aku senang berbagi semua keluh
kesahku bersamamu. Dan itulah yang aku rindukan sekarang ini. Aku
merindukanmu.
Hal yang sangat kusayangkan. Sekarang semuanya telah berubah. Aku
tahu itu, sangat mengetahuinya. Kau sudah mempunyai orang lain yang
harus kau bahagiakan. Aku tidak boleh mengganggunya. Karena pada
kenyataannya ternyata kehadiranku tak diinginkan oleh 'dia'. Sejak awal
aku sudah merasakannya. Dan aku langsung menceritakan hal itu kepadamu,
benar kan, aa-koi? Ah, mungkin kau sudah melupakannya. Tapi itu tidak
begitu penting sekarang. Aku masih inginkan ikatan itu ada diantara
kita. Terserah itu dalam bentuk apa. Orang yang kau benci sekalipun tak
apa. Itu masih berupa ikatan bagiku.
Aku, kita, saat ini, sepertinya sudah kehilangan semua itu. 'Ikatan'
itu perlahan-lahan terasa semakin memudar. Dengan tak adanya kontak
dalam bentuk apapun. Mungkin ada yang disebut dengan kontak batin. Tapi
apa itu? Benarkah hal seperti itu ada diantara kita? Bolehkah aku
menertawakannya? Karena sepertinya hal seperti itu hanyalah sesuatu yang
tak nyata, mungkin, karena tak ada bukti nyata akan hal itu. Jujur. Aku
menginginkannya. Karena 'ikatan nyata' diantara kita tak lagi ada.
Semuanya lenyap secara perlahan.
Oia, masihkah aa-koi mengingat kata-kata yang mungkin sudah bosan
untuk didengar, atau dalam konteks ini..dibaca. Aku ingin suatu saat
nanti kita bertemu. Tak sampai 1 tahun lagi, insyaallah. Tunggu aku.
Satu hal yang walau tak kuucapkan dengan lisan, tetapi di dalam sini, di
hati ini, aku selalu mendo'akanmu. Walau aku tidak bisa lagi dengan
mudahnya mengetahui keadaan aa, aku sekarang hanya bisa berdo'a,
berharap akan kesehatan aa selalu. Mendo'akan kebahagiaan aa disana. Di
tempat yang sejauh ini tak bisa kujangkau dengan kekuatanku, dengan
keterbatasanku.
Semoga aku bisa menjalani semua ini dengan lebih tegar. Semoga
disana, aa juga mendo'akanku. Ah, apa ini harapan yang terlalu besar?
Semoga saja tidak.
Hn.
Orang yang selalu menyayangimu.
Ichi.rth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar