Minggu, 08 April 2012

Love Story About Me



Benar kata orang-orang.. Cinta itu bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Dan sekarang, aku percaya akan hal itu.

Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai salah satu diantara teman-temanku. Ya, hanya sekedar teman. Kami kebetulan mempunyai ketertarikan yang sama yaitu sama-sama tertarik atau bisa dibilang menyukai Det. Conan, salah satu dari anime serial detektif dari Jepang sana. Dan saat itu pembicaraan kami hanya terbatas dengan hal ‘analisa’ logika saja. Aku cukup tertarik padanya karena ternyata ada orang yang mempunyai hobi sama denganku yaitu menyukai anime Jepang. Karena kebetulan di sekolahku waktu itu tidak banyak peminatnya.

Selanjutnya, aku pun menamatkan jenjang SMP dan memilih masuk SMA dari pada MAN. Dan tak kuduga, ternyata dia juga memilih masuk sekolah yang sama denganku. Ya, suatu kebetulan pastinya. Dan pada saat inilah perasaanku mulai berubah.


Perasaanku yang awalnya hanyalah ketertarikan biasa berubah jadi kekaguman. Tahu kenapa? Karena setelah memasuki SMA, dia benar-benar berubah. Prestasinya melonjak. Ia mendapati peringkat umum untuk murid tingkat 1 alias kelas X. Sungguh pesat sekali kemajuannya. Padahal dulu sewaktu di SMP, prestasinya tidak begitu hebat. Setidaknya disaat kelas IX, aku mendapat peringkat diatasnya.  Tapi sekarang aku kalah.

Dan bukan hanya itu saja. Dia mulai menampakkan keaktifannya di organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) di sekolahku. Dari sana aku tambah kagum dengannya. Jarang-jarang ada siswa SMA yang memilih organisasi Islam seperti itu ketimbang organisasi ROHIS, dsb. Di tahun pertama ini, ternyata aku memilih ekstrakurikuler yang sama dengannya yaitu ICT. Jadi, setiap hari Jum’at pada saat jam pengembangan diri, kami berada pada suatu ruangan yang sama yaitunya Labor Komputer. Tapi pada saat itu perasaanku memang hanya sebatas kekaguman karena dia memang patut untuk dikagumi.


Lalu di tahun berikutnya, disaat aku menduduki kelas XI, ternyata aku sekelas dengannya. Tidak bisa kujelaskan bagaimana perasaanku saat itu. Senang atau justru khawatir. Aku senang karena bisa sekelas dengan orang yang kukagumi. Tetapi di lain pihak aku khawatir karena sekelas dengan orang yang kukagumi. Karena otomatis aku pasti akan berebut posisi peringkat pertama di kelas dengannya. Karena kebetulan aku juga peringkat pertama di kelasku sebelumnya dan dia pun demikian. 
Tapi ternyata kekhawatiran itu lama-lama hilang karena ditutupi oleh perasaan senang. Ternyata aku tepat dalam memilih orang yang kukagumi. Selain memang pintar di akademik, pandai berbicara, aktif di organisasi dan yang tak kalah penting adalah tingkat keagamaannya memang lebih tinggi dari pada anak SMA pada umumnya. Itulah yang benar-benar membuatku salut padanya. Tapi sekali lagi, perasaanku masih sebatas kagum pada kelebihan yang ia miliki.

Waktu terus berjalan dan perasaanku semakin ‘berbeda’. Apalagi setelah ada insiden luar biasa yang terjadi di kelas yang berhubungan antara aku dengannya. Tahu itu apa? Insiden itu adalah ‘ditertawakan’ dalam artian kami dibilang pasangan! Ya ampun, aku sungguh tidak mengira semua akan berkembang sampai sejauh ini. Dan aku kira pembicaraan ini hanya akan bertahan beberapa waktu saja, tapi ternyata ada-ada saja hal-hal yang membuat mereka membicarakan hubungan antara aku dan dia. Apa yang harus aku lakukan?


Sedikit bercerita, dalam masa-masa aku kenal dengannya (sebut saja dia A), aku juga mengenal seseorang yang saat itu aku anggap istimewa. Aku sempat menjalin hubungan dengan orang itu selama lebih dari satu tahun. Ya, hal itulah yang membuat perasaanku terhadap A hanyalah sebatas kagum dan tidak lebih. Tapi kemudian sesuatu terjadi antara aku dan orang yang aku anggap istimewa itu yang membuatku benar-benar sakit hati. Kalian tahu? Itu adalah sebuah penghianatan yang pastinya tidak pernah diinginkan oleh semua orang yang tengah menjalin suatu hubungan. Kejadian itu benar-benar membekas untukku karena itulah pertama kalinya aku disakiti oleh perasaan yang orang namai ‘cinta’. Dan itu jugalah yang membuatku tidak ingin lagi terlibat dengan cinta yang hanya akan berujung kesakitan.


Tapi harapanku tidak terkabul. Lagi-lagi aku terjebak dalam perangkap sakitnya cinta. Atau setidaknya seperti itulah kira-kira yang aku rasakan sekarang ini. 

Cinta dapat tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Tanpa sadar, karena setiap yang aku lakukan selalu dihubung-hubungkan dengan si A, lama-lama perasaanku mulai berubah. Dan perasaan ini berubah kearah yang sebenarnya tidak kuharapkan bisa kurasakan lagi. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Tapi apa yang bisa kulakukan, perasaan itu tidak bisa lagi aku elakkan. Situasi benar-benar membuatku terjebak dengan rumitnya perasaan ini. Dan dia, yang juga tidak menunjukkan penolakan terhadap semua itu, membuatku semakin tidak bisa mengendalikan perasaanku ini. Aku benar-benar tak berdaya.

 

Ya, tidak apa-apa selama yang terlibat disini hanyalah aku, dia dan mereka yang menertawakan kami. Tapi ini berbeda. Perasaanku ini seakan-akan menunjukkan bahwa aku juga telah menghianati temanku. Karena pada kenyataannya, teman atau bahkan bisa dibilang sahabatku juga menyukainya. Bahkan dia sudah jauh lebih dulu menyukainya dibandingkan aku. Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Siapa yang bisa disalahkan atas semua ini? Aku? Dia? Sahabatku? Teman sekelasku? Ataukah keadaan? 

  

Sampai sebelum suatu kejadian terjadi, aku masih bisa mengendalikan perasaanku antara membuat bahagia diriku sendiri saat berada di kelas, dan juga membahagiakan sahabatku diluar sekolah dengan bercerita mengenai betapa hebatnya orang yang ia (dan aku) cintai. Tapi sekarang berbeda. Berbeda disaat semua mulai tersebar.

Sahabatku yang lain (sebut saja dia S) menceritakan mengenai sahabatku yang menyukai si A kepada salah seorang teman sekelasku. Dan hal itu berakibat pada apa yang baru saja terjadi hari ini di sekolahku. Temanku mulai menghubung-hubungkan sahabatku dengan si A. Dan tahu apa yang temanku itu katakan padaku? Ia berkata jika aku ingin terlepas dari si A (dalam artian tidak dipasangkan lagi dengannya), maka aku harus mendukungnya untuk menghubungkan si A dengan sahabatku yang menyukai si A itu. Bagaimana sekarang? Apa yang harus kulakukan? Membohongi perasaanku dan menyakiti hatiku perlahan dengan mengatakan aku ingin terlepas dari si A? Orang yang ternyata saat ini telah aku cintai? Tidak. Aku benar-benar bingung sekarang.


Kenapa teman sekelasku harus tahu mengenai sahabatku itu? Kenapa tidak hanya aku yang mereka hubungkan dengan si A? Aku tidak menyukai keadaan ini.. Aku dibanding-bandingkan dengan sahabatku itu? Lalu aku yang harus menunjukkan bahwa aku mendukung mereka berdua? Kemudian aku akan merasakan sakit lagi karena membohongi perasaanku? Akh, sungguh bukanlah suatu pilihan yang menyenangkan.

Bukannya aku tidak punya perasaan dengan menyukai orang yang juga disukai sahabatku. Tapi keadaanlah yang membuat semuanya jadi begini. Kenapa aku harus selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit begini? Setelah semua kebahagiaan yang bisa aku dapatkan setelah terlepas dengan kesakitanku sebelumnya, haruskah sekarang aku merasakan sakit lagi? Aku sudah tidak sanggup lagi menahan semua ini.

 
Tapi aku benar-benar kecewa dengan si T yang telah menyebarkan semua ini. Sebagai sahabatku selama di SMA ini, tidakkah ia bisa membaca isi hatiku? Tidakkah ia bisa mengetahui bagaimana perasaanku terhadap si A? Tidakkah ia tahu kalau aku menyukainya? Kenapa ia harus menyebarkan sesuatu yang jelas-jelas akan membuatku sakit? Apakah dia tidak tahu apa saja yang telah aku korbankan untuknya? Tidakkah ia tahu bahwa sebelumnya aku sudah mau mengorbankan orang yang juga kusayangi untuknya? Tidakkah ia tahu bagaimana susahnya aku melepaskan orang itu untuk bisa melihatnya bahagia dengan orang yang ia sayangi? Tidakkah ia tahu bagaimana rasa sakit hatiku disaat ia menceritakan kebersamaan mereka? Aku sakit saat mendengar itu semua asal dia tahu! 

  

Lalu sekarang apa yang dilakukannya untuk membalas semua pengorbananku itu? Dengan menyakitiku lagi? Dengan membuatku lagi-lagi harus mengorbankan orang yang aku sayangi? Denga membuatku lagi-lagi harus merasakan bagaimana rasanya terluka karena cinta? Ini bukan berarti aku menginginkan ia membalas pengorbananku. Tapi yang aku inginkan hanyalah ia mau sedikit saja menghargaiku. Menjaga perasaanku. Itu saja. 

Sudah cukup aku bersabar disaat aku sedang bersama sahabat yang juga menyukai A itu. Sudah cukup aku bersabar saat diluar sekolah saja. Aku tidak mau selalu bersabar dimanapun aku berada. Aku tidak akan mau membiarkan hatiku perlahan-lahan kembali pecah menjadi berkeping-keping karena rasa kecemburuan dan sakit hati ini. Sudah cukup semua luka yang kurasakan saat ini. Aku ingin terlepas!


Luka luka luka! Kecewa kecewa kecewa! Itulah yang selalu kurasakan saat berhadapat dengan suatu perasaan yang namanya cinta. Apakah aku tidak berhak merasakan kebahagiaan cinta yang sesungguhnya. Aku tidak menghendaki aku harus mempunyai hubungan khusus dengan si A. Cukup menjadi teman saja tidak apa-apa. Keinginanku tidak muluk-muluk. Cukup jangan buat hatiku sakit dengan menceritakan hal yang berhubungan dengan si A dan orang lain. Cukup jangan lakukan itu saja. Jika mereka ingin menceritakan hubungan si A dengan seseorang, itu hanya boleh denganku! Hanya denganku! 

Jangan katakan aku egois. Aku hanya tidak ingin menyakiti diriku sendiri, aku hanya tidak ingin membuat diriku jauh menderita dari pada ini. Itu saja yang aku inginkan. Tidak lebih.

Alfi, saranghae yo... Anata ga daisuki desu...

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. duuh.. saya penasaran sma komentarmu... jgn dihapus donk~ #apasih

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...