Benar kata orang-orang.. Cinta itu bisa tumbuh
seiring dengan berjalannya waktu. Dan sekarang, aku percaya akan hal itu.
Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai salah
satu diantara teman-temanku. Ya, hanya sekedar teman. Kami kebetulan mempunyai ketertarikan
yang sama yaitu sama-sama tertarik atau bisa dibilang menyukai Det. Conan,
salah satu dari anime serial detektif dari Jepang sana. Dan saat itu
pembicaraan kami hanya terbatas dengan hal ‘analisa’ logika saja. Aku cukup
tertarik padanya karena ternyata ada orang yang mempunyai hobi sama denganku
yaitu menyukai anime Jepang. Karena kebetulan di sekolahku waktu itu tidak
banyak peminatnya.
Selanjutnya, aku pun menamatkan jenjang SMP
dan memilih masuk SMA dari pada MAN. Dan tak kuduga, ternyata dia juga memilih
masuk sekolah yang sama denganku. Ya, suatu kebetulan pastinya. Dan pada saat
inilah perasaanku mulai berubah.
Perasaanku yang awalnya hanyalah ketertarikan
biasa berubah jadi kekaguman. Tahu kenapa? Karena setelah memasuki SMA, dia
benar-benar berubah. Prestasinya melonjak. Ia mendapati peringkat umum untuk
murid tingkat 1 alias kelas X. Sungguh pesat sekali kemajuannya. Padahal dulu
sewaktu di SMP, prestasinya tidak begitu hebat. Setidaknya disaat kelas IX, aku
mendapat peringkat diatasnya. Tapi
sekarang aku kalah.
Dan bukan hanya itu saja. Dia mulai
menampakkan keaktifannya di organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) di sekolahku.
Dari sana aku tambah kagum dengannya. Jarang-jarang ada siswa SMA yang memilih
organisasi Islam seperti itu ketimbang organisasi ROHIS, dsb. Di tahun pertama
ini, ternyata aku memilih ekstrakurikuler yang sama dengannya yaitu ICT. Jadi,
setiap hari Jum’at pada saat jam pengembangan diri, kami berada pada suatu
ruangan yang sama yaitunya Labor Komputer. Tapi pada saat itu perasaanku memang
hanya sebatas kekaguman karena dia memang patut untuk dikagumi.
Lalu di tahun berikutnya, disaat aku menduduki
kelas XI, ternyata aku sekelas dengannya. Tidak bisa kujelaskan bagaimana
perasaanku saat itu. Senang atau justru khawatir. Aku senang karena bisa
sekelas dengan orang yang kukagumi. Tetapi di lain pihak aku khawatir karena
sekelas dengan orang yang kukagumi. Karena otomatis aku pasti akan berebut
posisi peringkat pertama di kelas dengannya. Karena kebetulan aku juga peringkat
pertama di kelasku sebelumnya dan dia pun demikian.
Tapi ternyata kekhawatiran itu lama-lama
hilang karena ditutupi oleh perasaan senang. Ternyata aku tepat dalam memilih
orang yang kukagumi. Selain memang pintar di akademik, pandai berbicara, aktif
di organisasi dan yang tak kalah penting adalah tingkat keagamaannya memang
lebih tinggi dari pada anak SMA pada umumnya. Itulah yang benar-benar membuatku
salut padanya. Tapi sekali lagi, perasaanku masih sebatas kagum pada kelebihan
yang ia miliki.
Waktu terus berjalan dan perasaanku semakin
‘berbeda’. Apalagi setelah ada insiden luar biasa yang terjadi di kelas yang
berhubungan antara aku dengannya. Tahu itu apa? Insiden itu adalah
‘ditertawakan’ dalam artian kami dibilang pasangan! Ya ampun, aku sungguh tidak
mengira semua akan berkembang sampai sejauh ini. Dan aku kira pembicaraan ini
hanya akan bertahan beberapa waktu saja, tapi ternyata ada-ada saja hal-hal
yang membuat mereka membicarakan hubungan antara aku dan dia. Apa yang harus
aku lakukan?
Sedikit bercerita, dalam masa-masa aku kenal
dengannya (sebut saja dia A), aku juga mengenal seseorang yang saat itu aku
anggap istimewa. Aku sempat menjalin hubungan dengan orang itu selama lebih
dari satu tahun. Ya, hal itulah yang membuat perasaanku terhadap A hanyalah
sebatas kagum dan tidak lebih. Tapi kemudian sesuatu terjadi antara aku dan
orang yang aku anggap istimewa itu yang membuatku benar-benar sakit hati.
Kalian tahu? Itu adalah sebuah penghianatan yang pastinya tidak pernah
diinginkan oleh semua orang yang tengah menjalin suatu hubungan. Kejadian itu
benar-benar membekas untukku karena itulah pertama kalinya aku disakiti oleh
perasaan yang orang namai ‘cinta’. Dan itu jugalah yang membuatku tidak ingin
lagi terlibat dengan cinta yang hanya akan berujung kesakitan.
Tapi harapanku tidak terkabul. Lagi-lagi aku
terjebak dalam perangkap sakitnya cinta. Atau setidaknya seperti itulah
kira-kira yang aku rasakan sekarang ini.
Cinta dapat tumbuh seiring dengan berjalannya
waktu. Tanpa sadar, karena setiap yang aku lakukan selalu dihubung-hubungkan
dengan si A, lama-lama perasaanku mulai berubah. Dan perasaan ini berubah
kearah yang sebenarnya tidak kuharapkan bisa kurasakan lagi. Setidaknya, tidak
untuk saat ini. Tapi apa yang bisa kulakukan, perasaan itu tidak bisa lagi aku
elakkan. Situasi benar-benar membuatku terjebak dengan rumitnya perasaan ini.
Dan dia, yang juga tidak menunjukkan penolakan terhadap semua itu, membuatku
semakin tidak bisa mengendalikan perasaanku ini. Aku benar-benar tak berdaya.
Ya, tidak apa-apa selama yang terlibat disini
hanyalah aku, dia dan mereka yang menertawakan kami. Tapi ini berbeda.
Perasaanku ini seakan-akan menunjukkan bahwa aku juga telah menghianati
temanku. Karena pada kenyataannya, teman atau bahkan bisa dibilang sahabatku
juga menyukainya. Bahkan dia sudah jauh lebih dulu menyukainya dibandingkan
aku. Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Siapa yang bisa disalahkan atas semua
ini? Aku? Dia? Sahabatku? Teman sekelasku? Ataukah keadaan?
Sampai sebelum suatu kejadian terjadi, aku
masih bisa mengendalikan perasaanku antara membuat bahagia diriku sendiri saat
berada di kelas, dan juga membahagiakan sahabatku diluar sekolah dengan
bercerita mengenai betapa hebatnya orang yang ia (dan aku) cintai. Tapi
sekarang berbeda. Berbeda disaat semua mulai tersebar.
Sahabatku yang lain (sebut saja dia S)
menceritakan mengenai sahabatku yang menyukai si A kepada salah seorang teman
sekelasku. Dan hal itu berakibat pada apa yang baru saja terjadi hari ini di
sekolahku. Temanku mulai menghubung-hubungkan sahabatku dengan si A. Dan tahu
apa yang temanku itu katakan padaku? Ia berkata jika aku ingin terlepas dari si
A (dalam artian tidak dipasangkan lagi dengannya), maka aku harus mendukungnya
untuk menghubungkan si A dengan sahabatku yang menyukai si A itu. Bagaimana
sekarang? Apa yang harus kulakukan? Membohongi perasaanku dan menyakiti hatiku
perlahan dengan mengatakan aku ingin terlepas dari si A? Orang yang ternyata
saat ini telah aku cintai? Tidak. Aku benar-benar bingung sekarang.
Kenapa teman sekelasku harus tahu mengenai
sahabatku itu? Kenapa tidak hanya aku yang mereka hubungkan dengan si A? Aku
tidak menyukai keadaan ini.. Aku dibanding-bandingkan dengan sahabatku itu?
Lalu aku yang harus menunjukkan bahwa aku mendukung mereka berdua? Kemudian aku
akan merasakan sakit lagi karena membohongi perasaanku? Akh, sungguh bukanlah
suatu pilihan yang menyenangkan.
Bukannya aku tidak punya perasaan dengan
menyukai orang yang juga disukai sahabatku. Tapi keadaanlah yang membuat
semuanya jadi begini. Kenapa aku harus selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan
sulit begini? Setelah semua kebahagiaan yang bisa aku dapatkan setelah terlepas
dengan kesakitanku sebelumnya, haruskah sekarang aku merasakan sakit lagi? Aku
sudah tidak sanggup lagi menahan semua ini.
Tapi aku benar-benar kecewa dengan si T yang
telah menyebarkan semua ini. Sebagai sahabatku selama di SMA ini, tidakkah ia
bisa membaca isi hatiku? Tidakkah ia bisa mengetahui bagaimana perasaanku
terhadap si A? Tidakkah ia tahu kalau aku menyukainya? Kenapa ia harus
menyebarkan sesuatu yang jelas-jelas akan membuatku sakit? Apakah dia tidak
tahu apa saja yang telah aku korbankan untuknya? Tidakkah ia tahu bahwa
sebelumnya aku sudah mau mengorbankan orang yang juga kusayangi untuknya?
Tidakkah ia tahu bagaimana susahnya aku melepaskan orang itu untuk bisa
melihatnya bahagia dengan orang yang ia sayangi? Tidakkah ia tahu bagaimana
rasa sakit hatiku disaat ia menceritakan kebersamaan mereka? Aku sakit saat
mendengar itu semua asal dia tahu!
Lalu sekarang apa yang dilakukannya untuk
membalas semua pengorbananku itu? Dengan menyakitiku lagi? Dengan membuatku
lagi-lagi harus mengorbankan orang yang aku sayangi? Denga membuatku lagi-lagi
harus merasakan bagaimana rasanya terluka karena cinta? Ini bukan berarti aku
menginginkan ia membalas pengorbananku. Tapi yang aku inginkan hanyalah ia mau
sedikit saja menghargaiku. Menjaga perasaanku. Itu saja.
Sudah cukup aku bersabar disaat aku sedang
bersama sahabat yang juga menyukai A itu. Sudah cukup aku bersabar saat diluar
sekolah saja. Aku tidak mau selalu bersabar dimanapun aku berada. Aku tidak
akan mau membiarkan hatiku perlahan-lahan kembali pecah menjadi
berkeping-keping karena rasa kecemburuan dan sakit hati ini. Sudah cukup semua
luka yang kurasakan saat ini. Aku ingin terlepas!
Luka luka luka! Kecewa kecewa kecewa! Itulah
yang selalu kurasakan saat berhadapat dengan suatu perasaan yang namanya cinta.
Apakah aku tidak berhak merasakan kebahagiaan cinta yang sesungguhnya. Aku
tidak menghendaki aku harus mempunyai hubungan khusus dengan si A. Cukup
menjadi teman saja tidak apa-apa. Keinginanku tidak muluk-muluk. Cukup jangan
buat hatiku sakit dengan menceritakan hal yang berhubungan dengan si A dan
orang lain. Cukup jangan lakukan itu saja. Jika mereka ingin menceritakan
hubungan si A dengan seseorang, itu hanya boleh denganku! Hanya denganku!
Jangan katakan aku egois. Aku hanya tidak
ingin menyakiti diriku sendiri, aku hanya tidak ingin membuat diriku jauh
menderita dari pada ini. Itu saja yang aku inginkan. Tidak lebih.
Alfi, saranghae yo... Anata ga daisuki desu...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusduuh.. saya penasaran sma komentarmu... jgn dihapus donk~ #apasih
Hapus