Emm, akhir-akhir ini dengan atau tanpa aku
sadari ternyata banyak sekali yang aku pikirkan. Ya, memang semua orang pasti
selalu memikirkan sesuatu kan yah. Berpikir adalah kelebihan yang diberikan
Tuhan kepada kita, manusia. Berpikir disini maksudnya kita diberikan akal
pikiran yang bisa kita gunakan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Tak
terkecuali untukku. Tapi apakah jika kita terlalu banyak memikirkan sesuatu
nantinya akan menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan? Stres misalnya?
Pertama, aku memikirkan mengenai prestasi
akademikku di sekolah. Bukan maksud menyombong atau sejenisnya yah, tapi aku
cukup berprestasi di sekolahku. Ya, cukuplah untuk bisa mendapatkan peringkat 3
besar di kelas. Dulu juga sewaktu SD aku pernah mengikuti pelatihan olimpiade
sains tingkat provinsi di Padang, tapi sepertinya itu adalah pengalaman
olimpiade terakhirku semasa sekolah. Sekarang aku hanya fokus pada prestasi di
sekolah saja, atau mungkin lebih tepatnya untuk bisa mempertahankan posisi
juara 2-ku kalau memang mungkin sulit untuk menggapai juara 1. Dan mungkin hal
inilah yang membuat orang tuaku menaruh harapan besar padaku sebagai anak
mereka yang ‘mungkin’ adalah anak dengan prestasi yang paling bagus yang mereka
miliki. Tapi bukan berarti aku tidak menaruh harapan pada kemampuanku yah, tapi
aku..entah kenapa akhir-akhir ini merasa terbebani dengan semua harapan-harapan
itu. Aku takut mengecewakan semua orang yang menaruh harapan mereka padaku.
Setelah sekarang mereka bangga dan senang dengan semua yang aku peroleh, aku
hanya tidak mau jika mereka nantinya kecewa jika aku tiba-tiba saja terpuruk
dan hancur. Aku hanya tidak ingin hal itu terjadi.
Sejauh ini aku telah berusaha sebisaku. Benar
kata seseorang, membuat orang tua bangga adalah suatu kebahagiaan yang luar
biasa. Aku sangat menyukai saat-saat dimana mereka tersenyum melihat prestasi
yang kuperoleh. Bagaimana ibuku berdandan disaat pembagian rapor karena ingin
dirinya tampil kedepan bersamaku karena aku memperoleh posisi juara kelas.
Bagaimana bangganya ia saat itu. Aku ingin setiap saat melihat senyum yang
seperti itu. Tapi entah kenapa selalu saja aku membuat kesalahan. Membuat
mereka kecewa. Sebenarnya aku tak ada sedikitpun niat untuk itu. Hanya
saja...egoku...ya, egoku membuatku melakukan hal yang bertolak belakang dengan
apa yang aku pikirkan. Kekecewaan muncul satu per satu.
Entahlah apa yang sebenarnya aku lakukan
sekarang ini. Apa tujuanku melakukannya? Ingin kuliah jauh-jauh ke Bandung.
Untuk apa? Membanggakan orang tua? Sejujurnya, pikiran bodohku ini memiliki
alasan lain kenapa aku ingin sekali kuliah di Bandung. Aku ingin bertemu
aa-koi. Ahahaha. Masih saja mengenai orang itu. Sudah hampir satu tahun berlalu
sejak hari itu. Ah, tidak. Mungkin sebenarnya sudah lebih dari itu. Jika
mengingat-ingat mengenai hal itu, aku entah kenapa benar-benar merasa menjadi
orang yang bodoh. Mempertahankan, atau mungkin ‘memaksa’ hal yang seharusnya
sudah tidak lagi ada. Ya, aku memang orang yang bodoh. Bodoh dalam hal yang satu
ini.
Emm, mungkin hal pertama yang harus kulakukan
saat ini adalah belajar dengan giat. Rasa malas yang sudah mendarah danging ini
harus dimusnahkan dengan sempurna. Kalau hanya ‘menyiasati’nya itu hanya akan
bertahan sementara seperti saat ini. Saat dimana aku merasa jenuh untuk
belajar. Entahlah. Aku bahkan tidak bisa mengendalikan diriku sendiri.
Bagaimana mungkin orang sepertiku nantinya ingin menjadi seorang psikolog? Ah,
tidak. Aku (ingin) menjadi psikolog karena tidak ingin ada orang lain yang mempunyai
masalah sepertiku. Aku ingin membantu orang lain melalui jalan yang benar,
tentunya. Dan aku yakin jika aku bisa mewujudkan itu, otomatis orang tuaku akan
bangga padaku.
Ya, untuk saat ini...cukup seperti itu saja.
Jika aku belajar dan berusaha lebih keras lagi, impian bukanlah hanya sekedar
mimpi. Ah, jadi ingat sebuah kalimat penyemangat dari salah satu dramkor
favoritku. “Miracle is another name for
hardwork.”
Yosh! Fighting!
Ichi.rth
siiiip amet gays? sma sam member yuq
BalasHapusemm.. mksd'a chingu? o.0a
Hapus